Istana Niat Lima Laras, Peninggalan Kerajaan Melayu di Pesisir Sumatera Utara yang Pernah Tunduk pada Kesultanan Siak


Lima Laras merupakan sebuah kerajaan Islam yang sudah runtuh. Kerajaan ini terletak di Batu Bara Kiri yang saat ini bernama Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batu Bara Sumatera Utara.

Daerah Lima Laras ini dibangun dan dirintis oleh Datuk Uban yang berasal dari Bangkinang (Pagaruyung) sekitar abad ke-16 Masehi.

Kerajaan Lima Laras pernah takluk dan tunduk dibawah Kerajaan Siak Sri Indrapura, di Riau. Penaklukan ini terjadi ketika Sultan Siak yang bergelar Sultan As-sayyid Asyarif Ali Abdul Jalil Saifuddin Baalawi yang memerintah pada tahun 1784-1811. Dimasa jayanya, Kesultanan Siak Sri Indrapura menguasai 12 daerah kekuasaan, yaitu: Kota Pinang, Pagurawan, Batu Bara, Bedagai, Kualiluh, Panai Bilah, Asahan, Serdang, Langkat, Tamiang dan Deli.

Istana Niat Lima Laras Dibangun Oleh Datuk Mas Yudha yang sering dipanggil dengan sebutan Datuk Muhammad Yudha, yang merupakan raja yang kesebalas dari kerajaan Lima Laras. Menurut Keterangan Datuk Azminsyah, Beliau diangkat menjadi raja pada tahun 1883 dan memerintah sampai 1919 dan meninggal dunia pada usia 76 tahun.

Istana Niat Lima Laras merupakan sebuah istana yang begitu megah pada masanya. Pembangunan Istana Niat Lima Laras ini memakan biaya 150.000 gulden.

Keberadaan Istana Niat Lima Laras juga menjadi bukti bahwa dalam mengatur masyarakat Melayu yang mutlaknya beragama Islam haruslah memiliki pusat dan pemerintahan yang baik.

Walaupun saat itu Sumatera Timur khususnya Bagi Bara sedang dalam penjajahan pihak Belanda yang mayoritasnya beragama Kristen, tidak membuat raja takut untuk membangun sebuah tempat yang menjadi lambang kebesaran Islam. Bersamaan dengan istana, Datuk Mad Yudha juga membangun sebuah masjid didepan istana, konon kabarnya para tetamu maupun undangan harus dulu masuk ke masjid sebelum masuk ke Istana Lima Laras.

Namun disayangkan saat ini, aset yang begitu berharga bagi orang Melayu Batu Bara khususnya sudah nampak tidak terawat lagi, dikarenakan minimnya kesadaran pemerintah kabupaten Batu Bara dalam menjaga dan melestarikan aset budaya Melayu yang ada di Batu Bara ini. 

Besar harapan, agar pemerintah dan seluruh lapisan masyarakat ikut menjagaa dan melestarikan tempat-tempat wisata sejarah yang ada di Batu Bara ini.

"Tak lekang dipanas tak lapuk dihujan, takkan Melayu Hilang Dibumi".


Sumber Referensi: Buku Strategi Datuk Mad Yudha Dalam Mengembangkan Islam Di Kerajaan Lima Laras (M. Syukri Ramadhan), Cetakan I, 2019.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ketum GPA Pusat Aminullah Siagian: Al Asari Layak Pimpin Batu Bara

Gaji KPPS Pemilu 2024 Naik, Intip Kapan Cair Dan Rinciannya