PDIP Calonkan Ahok Langkah Emosional, Akan Kalah Di Pilgub Sumut?
Oleh:Irwansyah Nasution
Pengamat Sosial Politik Dan Kebijakan Publik LKPI.
Pemilihan Gubernur Sumut 2024 sarat dengan tensi politik emosional terutama antara PDIP dan Gerindra yang sangat di tentukan oleh keputusan elit dua partai tersebut seperti yang di publikasi berbagai media online dalam dua minggu belakangan ini. Ahok menjadi figur yang akan diusung PDIP serius kah PDIP memasang Ahok di Pilgubsu ?
Pertarungan ini jika terjadi maka akan merugikan PDIP sendiri mengingat kehadiran nama Ahok yang di gadang bakal bertarung di Pilgub Sumut tidak cukup mengakar dilapisan masyarakat Sumut sekalipun namanya cukup populer namun ada yang tak dapat dipungkiri karakter pemilih Sumut jauh berbeda dengan DKI Jakarta dimana dukungan buat Ahok dapat dikondisikan karena limpahan kekuasaan dan jaringan para naga taipan kala itu di pilkada DKI sangat kondusif bagi pertarungan Ahok lawan Anies Baswedan meski akhirnya kalah.
Jika benar akhirnya PDIP mencalonkan Ahok berarti lebih pada keputusan emosional daripada rasional mengingat Ahok dilihat sebagai pemain impor dari luar sumut sehingga faktor kedekatan, familiar dimata masyarakat belum dapat diwujudkan dalam tempo yang singkat, jaringan komunikasi Politik Ahok di Sumut sangat lemah, lain halnya dengan Edy dan Boby mereka adalah petahana yang sudah mengakar dilapisan elit Sumut juga akar rumput, tentu ini menyulitkan PDIP dan Ahok dalam melakukan pendekatan politik.
Popularitas Ahok tidak cukup kuat untuk Ahok mendulang suara 17 juta warga Sumut mengingat pilkada Sumut bukan soal popularitas saja namun faktor penunjang lain yakni tingkat penerimaan masyarakat Sumut pun harus jadi perhitungan yang matang bukan dilatar belakangi emosional yang dapat membuat PDIP keok ditangan lawan lawannya yang lebih matang dalam bersosialisasi hal ini telah pernah diuji oleh masyarakat Sumut dengan tumbangnya Jarot Saipullah jago PDIP di Pilgub Sumut mengirim pemain impor dari Jakarta.
Track Record Ahok yang pernah jadi pecundang di Pilkada DKI dan punya catatan hukum yang tidak membuat nama Ahok menjadi idola di lapisan masyarakat Sumut bahkan hujatan pada masa lalu memperburuk peluang Ahok melakukan manuver politik di tengah masyarakat Sumut yang terkenal toleran, pro kebhinekaan, kritis dan rasional.
Pilkada Sumut tentu menjadi penting bagi PDIP untuk memenangkannya namun melihat uji pemetaan kekuatan partai di pileg se kabupaten/kota se-Sumut terlihat sekali bahwa PDIP hanya memperoleh kursi 181 masih kalah dengan Golkar sebanyak 208 diurutan ketiga ada Gerindra 133 ini dapat membantu pemahaman betapa dari segi kekuatan di seluruh Sumut tingkat penyebaran dukungan untuk partai PDIP berada nomor 2. Jika melihat dari segi tersebut sebagai alat bantu pemetaan dukungan mestinya PDIP dapat berpikir ulang untuk pencalonan Ahok di Pilgub Sumut.
Jika mau rasional pilihan yang tepat untuk laga big match PDIP setidaknya berkomunikasi dengan Edy sebagai inkumben dan bernegosiasi politik dan itu lawan yang sepadan untuk dimenangkan PDIP. Keberadaan Boby Nasution yang jelas didukung Gerindra serta Ijeck yang mungkin di usung Golkar akan lebih rasional bagi PDIP berharap memenangkan pertarungan sekaligus membuat pukulan memuaskan bagi elit PDIP pusat.
Pilkada Sumut sendiri sebenarnya ajang gengsi bagi PDIP yang kedua secara nasional setelah DKI, Jakarta, Jawa Tengah, hasil rakernas PDIP beberapa hari yang lalu akan selalu diingat publik bahwa PDIP adalah partai yang terluka oleh penghianat kekuasaan sehingga memang sulit memisahkan konteks pilkada sumut dari jerat politik emosional. Lalu apa tindakkan Politik rasionalnya jika Ahok dimajukan ?
Gedung Putih Senin, 27 Mei 2024.
Komentar
Posting Komentar